AGROMEDIS – Positioning Fakultas Kedokteran Universitas Jember (FK Unej) di bidang agromedis mendapat dukungan dari para pelaku sejarah FK Unej. Hal itu terungkap dalam sarasehan daring dengan topik “Sarasehan Sejarah FK Unej” pada Sabtu 6 Desember 2021. Sebagai tamu adalah dr. Oemi Djauhari, MM., Ir. Soeharjo Widodo, MS.; Prof. Dr. dr. Djoni Djunaedi, Sp.PD KPTI; Imam Subagyo; dan dokter-dokter perintis yang masih menjadi dosen di Fakultas Kedokteran.
Universitas Negeri Jember awalnya didirikan dengan nama Univeristas Tawangalun pada 1961. “Kuliah kedokteran pada saat itu, tahun 1962, banyak didominasi ke arah pertanian. Sehingga mau tidak mau, mata kuliah yang kami dapatkan diantaranya adalah botani morfologi dan anatomi, botani fisiologi, dan genetika. “Sehingga ketika praktikum pada waktu itu kami sangat–sangat terampil dan istilah-istilah pertanian lebih tertanam dibandingkan istilah kedokteran.
Juga pada saat kuliah kami harus menghafalkan ordo hingga spesies tanaman,” ujar Djoni Djunaedi yang merupakan salah satu mahasiswa FK pada era Universitas Tawangalun (Unita). Sampai saat ini, ia mengaku masih hafal nama-nama ilmiah dari beberapa tanaman. Sebab itu, sangat tepat jika agromedis bisa menjadi unggulan FK Unej. Karena, kata dia, agromedik atau biomedik tidak berbeda jauh. Ilmu biologi tetap ada pada kedokteran dan pertanian dasarnya juga adalah ilmu biologi.
Apalagi, sambung dia, sekarang banyak berkembang mengenai toga, tumbuhan yang bisa digunakan sebagai obat. Itu sangat membantu sekali bagi fakultas kedokteran dengan ilmu pertanian yang juga begitu kuat. Dokter Oemi Djauhari, MM., yang menjadi mahasiswa FK Unita pada 1963, mengatakan, pertanian dan kedokteran pada saat itu memang tidak terpisahkan.
Di tahun itu, kata dia, sudah tidak belajar biologi anatomi dan sebagainya. Namun, praktikum yang dilakukan tetap bersama dengan fakultas pertanian. Melihat sejarah FK Universitas Jember (Unej) yang penuh perjuangan hingga bisa menjadi sampai sekarang, Oemi juga berpendapat terkait visi FK untuk menjadi Pusat Agromedis Asia Tenggara 2025 sudah tepat.
Ia yakin visi itu tercapai karena didukung oleh kultur Jember yang merupakan kultur agro (pertanian). “Sehingga nantinya di dalam kurikulum pembelajaran atau dalam tambahan kurikulum khusus harus ada ikatan antara agro dan medis. “Mungkin, kawan-kawan yang muda ini bisa berkreasi bagaimana FK bisa mencapai cita-cita tersebut pada tahun 2025.
“Meskipun masih belum bisa mencapai Asia Tenggara, tetapi paling tidak untuk wilayah NKRI ini, FK sudah bisa mewujudkan,” tuturnya.***