(0331) 337877 cs.agromedis@gmail.com

AGROMEDIS – Baru-baru ini, Indonesia dihebohkan kembali dengan hadirnya varian mutasi baru virus SARSCov-2 yang baru saja terdeteksi masuk ke wilayah Indonesia, tepatnya di Jawa Barat, yaitu varian mutasi yang berasal dari Inggris, B117. Sebelumnya, pada tahun 2020, di Indonesia juga sempat ditemukan varian mutasi lain, yaitu D614G, di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Hal tersebut dijelaskan oleh dr. Elvia Rahmi Marga Putri, pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Jember. “Berdasarkan laporan yang terdapat di laman WHO, dan laporan penelitian di Inggris, varian B117 ini memiliki kemampuan transmisi atau penularan lebih cepat, dapat dilihat sejak pertama kali muncul di Inggris, saat ini sudah menyebar ke 82 negara.

“Meskipun demikian, berdasarkan penelitian di Inggris, sementara didapatkan hasil inkonklusif (tidak dapat disimpulkan) apakah varian ini dapat meningkatkan resiko kematian atau tidak,” katanya.Lalu, seperti apakah gejala virus corona varian B117 ini? Elvia menjelaskan, pada umumnya tidak ada perbedaan gejala yang berarti antara B117 dengan varian sebelumnya di Indonesia. Gejala seperti demam, fatigue, kehilangan indra penciuman (anosmia), nyeri kepala, kehilangan indra pengecap (ageusia), batuk, masih ditemukan pada varian yang baru.

Baca juga : Presiden Jokowi Tinjau Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 Pedagang Pasar Beringharjo

Ia mengakui, adanya mutasi B117 ini dapat meningkatkan potensi untuk reinfeksi. Hal ini berdasarkan studi yang dilakukan di Inggris, menyebutkan ada peningkatan jumlah kasus reinfeksi bersamaan dengan peningkatan penemuan mutasi virus pada daerah tersebut, sehingga masih mungkin terjadi potensi reinfeksi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Elvia menjelaskan, didapatkan penurunan efikasi vaksin terhadap varian ini, namun tidak semua jenis. Penurunan efikasi dilaporkan terjadi pada vaksin Novavax (awalnya 96% menjadi 86%), dan astra Zeneca (dari 84% menjadi 75%). Sedangkan untuk merk vaksin yang lain, belum ada laporan resmi.

Menurut Elvia, semakin banyak orang yang tertular, akan semakin besar peluang terjadinya mutasi pada materi genetik virus. “Sehingga, hal yang sangat perlu dilakukan supaya mutasi ini dapat segera dihentikan penyebaran dan pembentukannya, adalah dengan memutus rantai penularan. “Tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan 5M yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak kurang lebih 2 meter dari orang lain, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas,” pungkasnya.***