(0331) 337877 cs.agromedis@gmail.com

AGROMEDIS – Kebutuhan pangan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Petani yang juga merupakan profesi dengan presentase cukup besar di Indonesia memiliki tanggungan untuk memproduksi lebih banyak bahan pangan dengan kualitas terbaik. Tidak jarang petani memberikan obat (pestisida) agar tanamannya bisa bertahan hidup dari hama yang berbahaya.

Pestisida adalah campuran bahan kimiawi yang digunakan untuk membunuh hama. Beberapa kebiasaan petani dalam penggunaan pestisida juga dapat memperburuk keadaan. Misalnya, menggunakan pestisida tidak sesuai aturan, baik dalam hal penggunaan dosis yang melebihi takaran ataupun mencampurkan beberapa jenis pestisida,[1] dan tidak menggunakan alat pelindung diri sehingga pestisida bisa terhirup dan masuk ke dalam tubuh.[2]

Penggunaan pestisida tidak hanya berdampak positif pada dunia pertanian, tetapi juga berdampak negatif. Salah satu dampak negatif dari paparan pestisida adalah terganggunya kesuburan pada organ reproduksi pria. Zat kimia atau racun yang terdapat dalam pestisida mampu merusak sel testis secara langsung dengan merusak regulasi hormonal spermatogenesis dan produksi sperma. Berikut ini dampak penggunaan pestisida yang dapat menurunkan kualitas sperma :

  1. Merusak pada saat spermatogenesis
    Merusak di sini dapat diartikan bahwa pestisida dapat merusak pada saat perkembangan sperma, yaitu pada tahap spermatogenesis atau pembentukan sperma. Kerusakan sperma pada tahap perkembangan dapat menyebabkan penurunan sementara kesuburan karena perubahan jumlah sel, struktur, motilitas, atau kelangsungan hidup spermatozoa. Sel Sertoli yang terpapar pestisida akan mengakibatkan sel tersebut berubah, ketika sel Sertoli berubah bentuk, hal tersebut akan berpengaruh pada saat perkembangan sperma atau spermatogenesis yaitu pada saat proliferasi dan diferensiasi semua sel spermatogenic. Sel Sertoli tidak berkembang setelah manusia tersebut pubertas yang berarti bahwa ketika sel Sertoli ini mengalami kerusakan yang luas maka akan menyebabkan gangguan spermatogenesis irreversible.
  2. Mengganggu pada saat sintesis hormon
    Beberapa pestisida dapat menurunkan steroidogenesis atau proses pembentukan hormon steroid. Caranya yaitu dengan menghambat proses enzim pada saat pembentukan hormon. Contoh dari pestisida yaitu jenis organofosfat yang dapat mereduksi regulasi dari ekspresi protein steroidogenesis. Protein ini akan memediasi transfer kolesterol dari luar mitokondria ke dalam mitokondria dengan membatasi dan meregulasi secara akut steroidogenesis. Akibat dari mengeblok ekspresi protein ini, sel Leydig akan sedikit memproduksi testosteron secara in vitro.[3]
    Beberapa kebiasaan petani dalam penggunaan pestisida juga dapat memperburuk keadaan. Misalnya, menggunakan pestisida tidak sesuai aturan, baik dalam hal penggunaan dosis yang melebihi takaran ataupun mencampurkan beberapa jenis pestisida, dan tidak menggunakan alat pelindung diri sehingga pestisida bisa terhirup dan masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu, berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko buruk dari penggunaan pestisida.

Pengaplikasian pestisida memerlukan persiapan dan cara yang tepat untuk meminimalkan dampak panjang yang dapat ditimbulkannya, antara lain:

  1. Kenali jenis pestisida, komposisi, dan yang harus dilakukan saat terjadi keracunan. Segera lepaskan pakaian yang terpapar, bilas bagian tubuh yang terpapar dengan air mengalir (atau beri air jika tertelan), dan bawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
  2. Menggunakan alat pelindung diri (APD) untuk mengurangi paparan pestisida, cth. masker, jas/coat, sepatu, sarung tangan, cap/topi
  3. Untuk pestisida yang berbentuk aerosol, semprotkan searah dengan angin. Hal ini dapat mengurangi jumlah aerosol yang dapat menempel di tubuh
  4. Gunakan pestisida sesuai jumlah dan cara pakai yang tepat. Jumlah berlebih dapat memperbesar kemungkinan terjadinya efek samping paparan pestisida. Cara pakai pestisida yang baik juga harus memperhatikan berapa kali, berapa lama, dan di mana tempat pemakaian pestisida (frekuensi, durasi, dan lokasi)
  5. Segera membersihkan diri dan mengganti pakaian setelah mengaplikasikan pestisida. Mandi dan cuci tangan adalah cara yang mudah untuk menghilangkan pestisida dari permukaan tubuh
    Melalui artikel ini, penulis berharap dapat membantu menambah wawasan bagi para pembaca mengenai bahaya pestisida. Tidak hanya itu, penulis juga berharap akan semakin banyak orang yang peduli akan hal ini dan menyebarluaskan informasi ini atau memberikan edukasi sederhana ini kepada para petani.

Penulis, Jurnalistik SRCR Fakultas Kedokteran : 1. Fahriza Adi Pramudya 2. Natanael Firstly Abraham 3. Bella Cahya Tissa Utomo 4. Antonia Venta Nathaniela 5. Binti Hani Khoiri

DAFTAR PUSTAKA
[1] Mahmudah M, Wahyuningsih NE, Setyani O. Kejadian Keracunan Pestisida Pada Istri Petani Bawang Merah di Desa Kedunguter Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes. Media Kesehat Masy Indones. 2012;11(1):65–70.
[2] Yogisutanti G, Mulianti IA, Nurmalina I, Hotmaida L, Suhat S. Penggunaan Alat Pelindung Diri dan Keracunan Pestisida pada Pekerja di Perusahaan Penyemprot Hama. Media Kesehat Masy Indones. 2020;16(2):183.
[3] Bretveld R, Brouwers M, Ebisch I, Roeleveld N. Influence of pesticides on male fertility. Scand J Work Environ Heal. 2007;33(1):13–28.